Di dunia digital marketing, iklan adalah bahan bakar yang bikin bisnis tetap berjalan. Setuju? Tanpa iklan yang efektif, sulit buat brand menjangkau audiens yang tepat, meningkatkan traffic, apalagi mendorong konversi.
Nah, salah satu model iklan yang paling populer di platform digital adalah Cost Per Click (CPC). Model ini bikin pengiklan hanya membayar saat seseorang benar-benar mengklik iklan mereka. Sounds fair, kan?
Tapi, meskipun konsepnya kelihatan simpel, nyatanya ada banyak faktor yang mempengaruhi efektivitas CPC. Mulai dari sistem bidding, persaingan keyword, hingga kualitas iklan yang kita jalankan. Kalau nggak paham cara kerjanya, bisa-bisa CPC jadi lebih mahal dari yang seharusnya dan hasilnya nggak maksimal.
Di artikel ini, kita bakal bahas secara detail apa itu CPC, bagaimana cara kerjanya, serta strategi terbaik untuk mengoptimalkannya supaya biaya tetap efisien dan hasilnya maksimal. Siap? Let’s go!
Pengertian Cost Per Click (CPC)
CPC atau Cost Per Click adalah model pembayaran dalam iklan digital di mana pengiklan hanya membayar saat iklan mereka diklik oleh pengguna. Artinya, kalau iklan ditampilkan tapi nggak ada yang ngeklik? Gratis. Tapi begitu ada yang klik, saldo iklan langsung berkurang sesuai biaya per kliknya.
CPC ini jadi salah satu metrik utama dalam periklanan digital, terutama di platform seperti Google Ads, Facebook Ads, LinkedIn Ads, dan lainnya. Karena biaya iklan dihitung per klik, maka semakin rendah CPC-nya, semakin efisien anggaran iklan kita.
Bagaimana CPC Menentukan Biaya Iklan?
CPC (Cost Per Click) punya pengaruh besar dalam menentukan total biaya iklan. Semakin banyak klik yang didapat, semakin tinggi biaya yang harus dikeluarkan. Tapi, bukan cuma jumlah klik yang menentukan. Ada beberapa faktor lain yang ikut bermain, mulai dari sistem bidding hingga strategi yang digunakan.
1️⃣ Perhitungan Biaya Iklan Secara Langsung
Rumus dasarnya simpel:
Total Biaya Iklan = CPC × Jumlah Klik
👉 Contoh:
- Jika CPC rata-rata = Rp2.000
- Jumlah klik = 500
- Maka Total Biaya = Rp2.000 × 500 = Rp1.000.000
Jadi, semakin tinggi CPC atau semakin banyak klik yang diperoleh, semakin besar total biaya yang dikeluarkan.
2️⃣ Sistem Lelang Iklan (Ad Auction)
Di platform seperti Google Ads dan Meta Ads, CPC nggak ditentukan begitu saja. Ada sistem lelang iklan yang menentukan seberapa mahal harga per klik berdasarkan beberapa faktor utama:
- Bid Maksimum (Max CPC) → Jumlah tertinggi yang bersedia kita bayar per klik.
- Quality Score / Relevance Score → Semakin tinggi kualitas iklan, semakin rendah CPC yang dibayar.
- Kompetisi & Demand → Semakin banyak pengiklan yang menawar kata kunci yang sama, semakin tinggi CPC.
👉 Contoh:
Kita menawar kata kunci “Jasa Digital Marketing” di Google Ads. Kalau ada banyak pesaing yang juga menargetkan kata kunci ini, CPC bisa naik drastis.
3️⃣ Jenis Penawaran CPC yang Bisa Digunakan
Supaya lebih fleksibel, kita bisa memilih berbagai metode bidding:
- Manual CPC → Menentukan harga per klik secara manual. Cocok buat yang ingin kontrol penuh terhadap bid.
- Enhanced CPC (ECPC) → Google atau Meta bisa menaikkan atau menurunkan bid secara otomatis berdasarkan peluang konversi.
- Automated Bidding → Algoritma menentukan CPC terbaik untuk hasil optimal dalam anggaran tertentu.
👉 Tips:
Kalau baru mulai, bisa pakai Manual CPC dulu untuk melihat pola performa, lalu beralih ke Automated Bidding setelah ada cukup data.
4️⃣ Faktor yang Mempengaruhi CPC & Biaya Iklan
- Relevansi Kata Kunci → Semakin bernilai tinggi sebuah keyword, semakin mahal CPC-nya.
- Lokasi & Demografi → Targeting di negara/kota dengan daya beli tinggi biasanya bikin CPC lebih mahal.
- Jenis Perangkat → CPC bisa berbeda antara desktop dan mobile (kadang mobile lebih murah).
- Format Iklan → Iklan berbasis video atau carousel cenderung punya CPC lebih tinggi dibandingkan teks biasa.
👉 Contoh:
Iklan video di Instagram Stories biasanya punya CPC lebih mahal dibandingkan iklan gambar di Facebook Feed karena tingkat engagement yang lebih tinggi.
CPC menentukan biaya iklan berdasarkan jumlah klik dan harga per klik yang dibebankan oleh platform iklan. Besarnya biaya yang harus dibayar sangat dipengaruhi oleh sistem bidding serta kualitas iklan, di mana iklan yang lebih relevan dan berkualitas cenderung mendapatkan CPC lebih rendah. Untuk mengoptimalkan biaya, pengiklan perlu menerapkan strategi bidding yang tepat, melakukan optimasi iklan, dan meningkatkan relevansi agar CPC tetap efisien tanpa mengorbankan hasil yang maksimal.
Mau CPC lebih murah? Nggak bisa asal bidding rendah, ada banyak faktor yang harus dimainkan. Kita bahas lebih dalam di bagian selanjutnya!
Cara Kerja CPC dalam Iklan Digital
CPC bukan cuma soal pasang iklan dan bayar per klik. Ada mekanisme di balik layar yang menentukan berapa biaya per klik yang harus kita bayar, siapa yang menang di lelang iklan, dan bagaimana performa iklan kita di platform seperti Google Ads dan Facebook Ads.
Sistem Bidding dalam Iklan PPC (Pay Per Click)
Saat kita menjalankan iklan berbasis CPC, kita sebenarnya sedang ikut dalam sebuah lelang iklan. Setiap kali seseorang melakukan pencarian atau membuka feed sosial media, sistem akan memilih iklan mana yang akan ditampilkan berdasarkan kombinasi beberapa faktor:
- Maksimum Bid – Berapa harga maksimal yang kita mau bayar per klik.
- Quality Score (Skor Kualitas) – Google Ads menilai kualitas iklan kita berdasarkan relevansi, CTR (Click-Through Rate), dan kualitas landing page.
- Ad Rank – Kombinasi antara bid dan quality score yang menentukan apakah iklan kita bisa muncul dan di posisi berapa.
Jadi, bukan yang bid paling tinggi yang selalu menang, tapi yang punya kombinasi bid dan quality score terbaik. Kalau iklan kita lebih relevan dan landing page-nya bagus, kita bisa menang bidding dengan CPC yang lebih rendah!
Contoh Perhitungan CPC dalam Lelang Iklan
Misalnya ada tiga pengiklan dengan bid berbeda:
Pengiklan | Maksimum Bid | Quality Score | Ad Rank | CPC yang Dibayar |
A | Rp10.000 | 8 | 80 | Rp6.500 |
B | Rp8.000 | 9 | 72 | Rp5.200 |
C | Rp6.000 | 10 | 60 | Rp4.000 |
Pengiklan A menang lelang, tapi CPC yang dia bayar bukan Rp10.000, melainkan sedikit lebih tinggi dari bid pesaing terdekatnya (Rp6.500).
Faktor yang Mempengaruhi CPC
CPC di setiap kampanye iklan bisa bervariasi, tergantung pada banyak faktor. Mulai dari platform yang digunakan, strategi bidding, hingga tren pasar. Berikut adalah faktor utama yang bisa mempengaruhi biaya per klik dalam kampanye digital marketing:
1. Faktor dari Platform Iklan
- Persaingan di Pasar (Competition)
Semakin banyak pengiklan yang menargetkan kata kunci atau audiens yang sama, semakin tinggi CPC. Misalnya, keyword di industri fintech atau asuransi biasanya punya CPC yang lebih mahal dibanding fashion atau kuliner, karena persaingannya lebih ketat. - Quality Score (Google Ads) / Relevance Score (Meta Ads)
Platform iklan seperti Google Ads dan Facebook Ads menilai kualitas iklan berdasarkan relevansi terhadap audiens dan landing page. Iklan dengan skor tinggi bisa dapat CPC lebih murah meskipun bid-nya lebih rendah dibanding pesaing. - Ad Placement & Network
Google Ads: Iklan di posisi teratas hasil pencarian biasanya lebih mahal dibanding yang muncul di bawah atau di jaringan display.
Facebook & Instagram Ads: Iklan di feed utama biasanya lebih mahal dibanding yang muncul di Stories atau Audience Network karena engagement lebih tinggi. - Ad Format
Format iklan juga berpengaruh. Video dan carousel ads biasanya lebih mahal dibanding iklan statis karena tingkat interaksi audiens lebih tinggi.
2. Faktor dari Pengiklan
- Bid Strategy & Budget
Ada dua cara menentukan bid CPC:
Manual Bidding – Kita bisa mengontrol berapa maksimum CPC yang mau dibayar. Cocok kalau punya strategi optimasi yang matang.
Automated Bidding – Google atau Meta otomatis menyesuaikan bid berdasarkan peluang konversi. Kadang lebih mahal, tapi bisa meningkatkan hasil jika digunakan dengan benar. - Targeting Audience
Semakin spesifik target audiens, semakin tinggi kemungkinan CPC juga naik—apalagi kalau banyak pengiklan lain yang menarget audiens yang sama. Contoh, targeting C-Level di LinkedIn Ads bisa jauh lebih mahal dibanding targeting audiens umum di Facebook Ads. - Relevansi Landing Page
Iklan yang mengarah ke landing page yang tidak sesuai bisa menurunkan Quality Score, meningkatkan bounce rate, dan akhirnya bikin CPC jadi lebih mahal. Pastikan landing page sejalan dengan isi iklan supaya performa lebih optimal. - Ad Copy & Creativity
Semakin menarik iklan (headline, visual, CTA), semakin tinggi CTR (Click-Through Rate). CTR yang tinggi bisa menurunkan CPC, karena platform menganggap iklan kita relevan untuk audiens.
3. Faktor Eksternal
- Musim & Tren Pasar
CPC bisa melonjak saat event besar seperti Harbolnas, Black Friday, atau musim liburan, karena lebih banyak pengiklan yang bersaing di platform yang sama. - Perubahan Algoritma
Update dari Google atau Meta bisa mengubah cara bidding atau scoring iklan, yang akhirnya mempengaruhi biaya per klik. Penting buat selalu update dengan perubahan algoritma platform! - Industri & Niche
Beberapa industri memang secara alami punya CPC lebih tinggi. Contoh:
Asuransi & keuangan → CPC bisa lebih dari $50 per klik di Google Ads.
Fashion & makanan → Biasanya lebih rendah karena kompetisi lebih longgar.
Supaya CPC tetap optimal, kita perlu menyeimbangkan strategi bidding, kualitas iklan, relevansi landing page, dan targeting audiens. Fokus ke Quality Score dan CTR bisa bantu menekan biaya per klik tanpa harus menaikkan budget secara berlebihan.
Keuntungan dan Kekurangan Model Cost Per Click (CPC)
Model CPC adalah salah satu metode pembayaran dalam digital advertising di mana kita hanya membayar ketika seseorang mengklik iklan. Artinya, kalau nggak ada yang klik, nggak ada biaya yang keluar. Tapi, bukan berarti model ini selalu menguntungkan dalam setiap kasus. Yuk, kita bahas plus-minusnya!
Keuntungan Model CPC
1. Biaya Lebih Efektif & Terkontrol
- Hanya bayar saat ada interaksi → Beda dengan model CPM (Cost Per Mille) yang membayar per 1.000 tayangan, CPC lebih efisien karena hanya bayar saat iklan benar-benar diklik.
- Budget fleksibel → Bisa atur maksimal bid per klik supaya nggak kebablasan bakar duit.
👉 Contoh: Kalau kita pasang iklan di Google Ads dengan bid Rp1.000 per klik, maka biaya hanya keluar ketika ada orang yang mengklik, bukan sekadar melihat iklan.
2. Lebih Mudah Mengukur Performa
- CTR (Click-Through Rate) yang jelas → Bisa langsung tahu berapa persen orang yang tertarik dengan iklan kita.
- ROI lebih terukur → Kalau target utama adalah traffic ke website, CPC lebih mudah dihitung dibanding model CPM.
👉 Contoh: Kalau dari 1.000 tayangan ada 50 orang yang klik, artinya CTR kita 5%. Dari situ, kita bisa evaluasi apakah iklan sudah cukup menarik atau perlu dioptimasi lagi.
3. Cocok untuk Kampanye Trafik & Konversi
- Kalau tujuan utama adalah mengundang lebih banyak pengunjung ke landing page, blog, atau toko online, model CPC sangat efektif.
- Bisa dikombinasikan dengan retargeting ads untuk mendorong konversi dari pengunjung yang sudah pernah mampir ke situs kita.
👉 Contoh: Kalau pakai retargeting di Meta Ads, kita bisa menampilkan iklan ke orang-orang yang sudah pernah mengunjungi website kita, tapi belum melakukan pembelian.
4. Bisa Digunakan di Berbagai Platform
- Google Ads (Search & Display Network) → Cocok buat penelusuran berbasis kata kunci.
- Facebook & Instagram Ads → Bisa menjangkau audiens yang lebih luas dengan targeting berbasis interest.
- LinkedIn, Twitter, TikTok Ads → Bisa disesuaikan dengan tujuan bisnis dan audiens masing-masing.
👉 Contoh: Kalau target kita adalah profesional B2B, LinkedIn Ads bisa jadi pilihan yang lebih tepat dibandingkan Instagram Ads.
Kekurangan Model CPC
1. Persaingan Tinggi = CPC Mahal
- Industri tertentu punya CPC tinggi → Misalnya, asuransi, keuangan, dan kesehatan, di mana banyak pengiklan bersaing untuk kata kunci yang sama.
- Tanpa strategi yang tepat, budget bisa cepat habis tanpa hasil maksimal.
Data: Rata-rata CPC di Google Ads bisa bervariasi tergantung industri. Contohnya:
- Asuransi: $50+ per klik (karena kompetisi tinggi).
- E-commerce: $1–$5 per klik (lebih kompetitif tapi masih terjangkau).
2. Risiko Klik Tidak Berkualitas (Click Fraud)
🔹 Ada kemungkinan klik dari bot atau pesaing yang nggak berniat beli, cuma mau ngabisin budget iklan kita.
🔹 Google Ads dan Meta Ads memang punya sistem deteksi click fraud, tapi nggak 100% bisa mencegahnya.
👉 Contoh: Beberapa tools bisa membantu mendeteksi dan memblokir klik mencurigakan, seperti ClickCease atau FraudScore.
3. Tidak Menjamin Konversi
- Klik bukan berarti langsung terjadi penjualan. Banyaknya klik belum tentu menghasilkan revenue.
- Kalau landing page buruk atau targeting meleset, bisa bikin bounce rate tinggi dan CPC jadi sia-sia.
👉 Solusi: Pastikan landing page relevan, cepat, dan mobile-friendly supaya traffic yang masuk bisa dikonversi.
4. Membutuhkan Optimasi Berkelanjutan
- Tanpa pemantauan rutin, CPC bisa naik terus tanpa hasil yang sepadan.
- Perlu A/B testing, keyword research, dan targeting yang lebih tajam supaya iklan tetap efisien.
👉 Contoh: Jika kita nggak pernah cek performa iklan dan terus-terusan pakai bid tinggi tanpa optimasi, biaya iklan bisa terus naik tanpa menghasilkan konversi yang sebanding.
CPC cocok buat kampanye yang berorientasi trafik dan konversi, tapi tetap butuh strategi yang tepat supaya biaya nggak membengkak.
Optimasi berkala sangat penting untuk mendapatkan CPC rendah dan hasil maksimal.
Alternatif lain? Kalau tujuan utama adalah brand awareness, model CPM mungkin lebih efektif.
Tips Mengoptimalkan CPC untuk Kampanye Iklan
Biar CPC tetap efisien dan nggak bikin anggaran iklan jebol, ada beberapa strategi yang bisa kita terapkan. Kuncinya adalah optimasi kualitas iklan, strategi bidding yang tepat, dan targeting audiens yang relevan. Perlu dipahami juga bahwa setiap platform iklan bisa berbeda pendekatannya Berikut beberapa tips yang bisa langsung dipraktikkan:
1. Optimalkan Quality Score atau Relevance Score
Google Ads dan Meta Ads menilai kualitas iklan dengan sistem skor. Semakin tinggi skornya, semakin murah CPC yang bisa kita dapat.
- Gunakan Kata Kunci yang Relevan – Pastikan keyword sesuai dengan intent pengguna.
- Tingkatkan CTR (Click-Through Rate) – Buat headline dan CTA yang menarik supaya lebih banyak yang klik.
- Optimalkan Landing Page – Halaman harus cepat, mobile-friendly, dan sesuai dengan isi iklan.
👉 Contoh: Kalau iklan kita menawarkan jasa digital marketing, pastikan landing page memuat info detail tentang layanan tersebut, bukan sekadar halaman umum.
2. Gunakan Strategi Bidding yang Tepat
- Manual Bidding – Kalau sudah punya data historis, gunakan strategi manual untuk kontrol lebih baik.
- Automated Bidding – Bisa pakai strategi seperti “Maximize Clicks” atau “Target CPA” buat hasil optimal dengan budget terbatas.
💡 Tip: Mulai dengan manual, analisis hasilnya, lalu coba automated bidding setelah ada cukup data.
3. Persempit Targeting Audiens
Targeting yang lebih spesifik bisa menurunkan CPC karena meningkatkan kemungkinan klik dari audiens yang benar-benar potensial.
- Gunakan Lookalike Audience atau Custom Audience (di Meta Ads) supaya iklan lebih tertarget.
- Segmentasi Berdasarkan Interest & Behavior – Pastikan iklan hanya muncul untuk orang yang benar-benar tertarik.
- A/B Testing Targeting – Uji berbagai segmentasi audiens dan lihat mana yang performanya terbaik.
👉 Contoh: Kalau jual produk skincare premium, coba targetkan ke orang yang sebelumnya pernah beli produk high-end, bukan sekadar pencari “skincare murah”.
4. Pilih Format Iklan yang Efektif
Setiap format iklan punya performa yang berbeda-beda. Gunakan yang sesuai dengan tujuan kampanye!
- Responsive Search Ads (Google Ads) → Menyesuaikan copy secara dinamis untuk performa lebih baik.
- Carousel & Video Ads (Meta Ads) → Lebih menarik perhatian dibanding gambar statis.
- Native Ads → Tampil lebih organik dan bisa menurunkan CPC dibanding banner ads biasa.
👉 Contoh: Video ads cenderung lebih mahal, tapi kalau engagement tinggi, bisa menurunkan biaya per hasil (Cost Per Result).
5. Gunakan Negative Keywords (Google Ads)
Negative keywords bisa mencegah iklan muncul di pencarian yang tidak relevan, sehingga budget lebih efisien.
❌ Kalau menjual “sepatu premium”, tambahkan “murah” sebagai negative keyword supaya iklan tidak muncul di pencarian “sepatu murah”
💡 Tip: Cek Search Term Report secara rutin buat lihat kata kunci yang bikin budget terbuang percuma. Pahami juga tentang keyword intent dan match type keyword
6. Sesuaikan Waktu dan Lokasi Penayangan Iklan
📍 Gunakan Geo-Targeting – Iklankan hanya di area yang benar-benar potensial.
⏳ Ad Scheduling – Jalankan iklan di jam-jam dengan performa terbaik berdasarkan data sebelumnya.
👉 Contoh: Kalau target market kita aktif browsing di malam hari, lebih baik jalankan iklan mulai sore hingga tengah malam.
7. Tes dan Analisis Secara Berkala (A/B Testing)
Jangan asal jalanin iklan, lakukan A/B testing untuk terus mengoptimalkan performa.
- Uji headline, deskripsi, dan CTA – Mana yang lebih banyak diklik?
- Bandingkan performa gambar vs. video – Format mana yang lebih efektif?
- Coba berbagai targeting audiens – Mana yang punya CPC lebih rendah dengan hasil lebih baik?
💡 Tip: Jangan terlalu banyak variabel dalam satu tes. Fokus ke satu aspek dulu (misal, headline) sebelum lanjut ke elemen lain.
CPC bisa dioptimalkan dengan meningkatkan kualitas iklan, memilih targeting yang lebih tepat, dan mengatur strategi bidding dengan baik.
Negative keywords, A/B testing, serta penjadwalan iklan juga bisa bantu meningkatkan efisiensi biaya.
Pantau dan analisis data secara rutin untuk menyesuaikan strategi biar kampanye tetap efisien.
Kesimpulan
CPC (Cost Per Click) adalah salah satu model pembayaran dalam iklan digital yang memungkinkan kita hanya membayar ketika seseorang mengklik iklan kita. Model ini banyak digunakan di berbagai platform seperti Google Ads, Facebook Ads, LinkedIn Ads, dan lainnya, terutama karena lebih terukur dibanding model pembayaran lainnya.
Tapi, meskipun terdengar simpel, ada banyak faktor yang mempengaruhi efektivitas CPC. Mulai dari strategi bidding, pemilihan kata kunci, kualitas iklan, hingga optimasi landing page. Kalau dikelola dengan baik, CPC bisa menjadi strategi iklan yang sangat efisien dengan ROI tinggi. Sebaliknya, kalau tidak dioptimasi, biaya per klik bisa membengkak tanpa hasil yang sepadan.
Jadi, kalau teman-teman marketer ingin menjalankan kampanye CPC yang sukses, pastikan untuk:
- Memilih keyword yang tepat & menggunakan negative keywords.
- Menargetkan audiens yang relevan untuk meningkatkan peluang konversi.
- Menyesuaikan strategi bidding berdasarkan data performa.
- Mengoptimalkan landing page agar traffic dari iklan benar-benar menghasilkan sales atau leads.
- Terus memonitor dan mengoptimasi iklan agar tetap efisien.
CPC bukan sekadar soal “bidding lebih tinggi untuk menang.” Yang lebih penting adalah bagaimana kita bisa memaksimalkan setiap klik yang kita bayar. Jadi, apakah strategi CPC ini sudah jadi bagian dari digital marketing kalian? Kalau belum, mungkin sekarang saatnya dicoba!
Pertanyaan seputar CPC (Cost Per Click)
❓Apa itu CPC dalam periklanan digital?
CPC (Cost Per Click) adalah model pembayaran iklan di mana pengiklan hanya membayar saat seseorang mengklik iklan mereka. Ini digunakan di berbagai platform seperti Google Ads, Meta Ads (Facebook & Instagram), dan LinkedIn Ads.
❓Apa perbedaan CPC dan CPM?
CPC menghitung biaya berdasarkan jumlah klik yang diterima, sementara CPM (Cost Per Mille) menghitung biaya berdasarkan 1.000 tayangan iklan. CPC lebih cocok untuk kampanye berbasis trafik dan konversi, sedangkan CPM lebih efektif untuk brand awareness.
❓Bagaimana cara menghitung CPC?
CPC dihitung dengan membagi total biaya iklan dengan jumlah klik yang diperoleh. Rumusnya:
CPC = Total Biaya Iklan ÷ Jumlah Klik
Contoh: Jika total biaya iklan Rp500.000 dan mendapatkan 250 klik, maka CPC-nya adalah Rp2.000 per klik.
❓Mengapa CPC bisa mahal?
CPC bisa mahal karena beberapa faktor, seperti tingginya persaingan dalam bidding, relevansi iklan yang rendah, target audiens yang sempit, atau kata kunci yang bernilai tinggi. Industri tertentu seperti asuransi, keuangan, dan hukum biasanya memiliki CPC yang lebih tinggi dibandingkan industri lain.
❓Bagaimana cara menurunkan CPC?
Untuk menurunkan CPC, optimalkan Quality Score (Google Ads) atau Relevance Score (Meta Ads), gunakan strategi bidding yang tepat, lakukan riset kata kunci, serta tingkatkan kualitas landing page dan iklan agar lebih relevan dengan audiens.
❓Apakah klik di iklan CPC selalu menghasilkan penjualan?
Tidak selalu. Klik menunjukkan ketertarikan pengguna, tetapi tidak menjamin konversi. Oleh karena itu, penting untuk mengarahkan trafik ke landing page yang relevan dan memiliki CTA yang jelas agar peluang konversi lebih tinggi.
❓Apa yang dimaksud dengan Click Fraud dalam CPC?
Click Fraud adalah aktivitas curang di mana klik pada iklan dilakukan secara tidak wajar, baik oleh bot maupun pesaing, dengan tujuan menghabiskan anggaran iklan tanpa memberikan hasil yang valid. Platform seperti Google Ads memiliki sistem deteksi Click Fraud, tetapi pengiklan tetap harus memantau data kampanye mereka secara berkala.
❓Apakah CPC lebih baik daripada CPM?
Tergantung pada tujuan kampanye. Jika ingin meningkatkan trafik dan konversi, CPC lebih efektif. Namun, jika tujuannya adalah meningkatkan brand awareness dan jangkauan, CPM bisa menjadi pilihan yang lebih baik.