Teman-teman marketer, pernah nggak sih kalian memilih satu brand dibandingkan yang lain, padahal produknya mirip? Misalnya, kenapa banyak orang rela bayar lebih untuk kopi di Starbucks, padahal ada banyak kopi lain yang lebih murah? Atau kenapa sebagian dari kita kalau cari air mineral langsung nyebut “Aqua”, bukan sekadar “air putih”?
Jawabannya ada di brand positioning.
Brand positioning adalah alasan di balik kenapa sebuah merek bisa lebih menempel di kepala kita dibandingkan kompetitor. Ini bukan sekadar soal logo atau tagline keren, tapi bagaimana brand menciptakan persepsi unik di benak konsumennya.
Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif, brand positioning itu ibarat GPS—tanpa itu, bisnis bisa kehilangan arah dan sulit bersaing. Brand yang punya positioning kuat lebih mudah dikenali, dipercaya, dan bahkan bisa membuat orang memilih mereka tanpa pikir panjang.
Di artikel ini, kita bakal bahas lebih dalam tentang brand positioning, mulai dari pengertiannya, manfaatnya, sampai bagaimana cara menerapkannya dengan efektif. Jadi, kalau kalian ingin brand kalian lebih standout di pasar, yuk lanjut baca!
Pengertian Brand Positioning
Sederhananya, brand positioning adalah cara sebuah brand menempatkan dirinya di benak konsumennya. Ini bukan hanya tentang logo atau warna brand, tapi lebih ke bagaimana orang memandang dan merasakan brand tersebut.
Misalnya, di dunia e-commerce Indonesia, kita punya Shopee dan Tokopedia. Keduanya sama-sama marketplace besar, tapi masing-masing punya positioning yang berbeda:
- Shopee → “Platform belanja online dengan harga terjangkau dan banyak promo” – Makanya, kalau ada promo besar seperti 11.11 atau gratis ongkir, Shopee langsung jadi pilihan utama.
- Tokopedia → “Marketplace yang fokus pada keberagaman produk dan mendukung seller lokal” – Banyak pengguna memilih Tokopedia karena sistemnya yang lebih fleksibel untuk UMKM dan fitur pembayaran yang variatif.
- Indomie → “Mi instan terenak dan paling ikonik” – Saat orang berpikir tentang mi instan, Indomie hampir selalu jadi yang pertama terlintas.
- Aqua → “Air minum berkualitas dan terpercaya” – Saking kuatnya, banyak orang menyebut semua air mineral dalam kemasan sebagai “Aqua”.
- GoPay → “Dompet digital yang simpel dan praktis” – Dengan strategi pemasaran yang kuat, GoPay jadi pilihan utama untuk transaksi digital.
- Erigo → “Brand fashion lokal dengan gaya global” – Awalnya hanya brand kecil, kini Erigo dikenal sebagai fashion streetwear Indonesia yang mendunia.
- J.CO → “Donat premium dengan rasa lembut dan kekinian” – Dibanding kompetitor, J.CO memposisikan diri sebagai donat yang lebih soft dan modern.
Brand positioning yang kuat membantu sebuah bisnis menonjol dari kompetitor. Dalam industri yang penuh persaingan, positioning inilah yang membuat orang memilih satu brand dibanding yang lain. Tanpa positioning yang jelas, brand bisa jadi sekadar “salah satu dari banyak pilihan” alih-alih menjadi pilihan utama.
Sekarang, coba pikirkan brand kalian sendiri. Sudahkah ia punya positioning yang jelas di benak konsumen? Atau masih sulit dibedakan dari kompetitor?
Manfaat Brand Positioning
Brand positioning bukan sekadar teori marketing keren. Kalau diterapkan dengan benar, positioning bisa jadi senjata utama untuk memenangkan pasar. Yuk, kita bahas manfaatnya!
1. Meningkatkan Daya Saing Bisnis
Pernah sadar nggak kalau kita cenderung mengingat beberapa brand lebih kuat dibanding yang lain? Itu karena mereka punya positioning yang jelas. Brand yang memiliki positioning kuat lebih mudah dikenali dan diingat, sehingga lebih unggul dari kompetitor.
Contoh:
Shopee dengan positioning sebagai e-commerce dengan promo besar-besaran berhasil menarik banyak pengguna yang sensitif dengan harga. Sementara Tokopedia, dengan positioning yang lebih fokus ke keberagaman produk dan mendukung UMKM, punya daya tarik tersendiri bagi seller lokal.
2. Membangun Loyalitas Pelanggan
Brand positioning yang kuat bisa menciptakan hubungan emosional dengan audiens. Ketika orang merasa cocok dengan nilai dan citra sebuah brand, mereka cenderung lebih setia.
Fakta:
Menurut studi dari Qualtrics, 64% pelanggan mengatakan bahwa mereka setia pada brand yang memiliki nilai dan visi yang selaras dengan mereka. Jadi, positioning yang tepat bisa bikin pelanggan tetap bertahan dalam jangka panjang.
3. Meningkatkan Persepsi Nilai Produk
Kenapa orang rela membayar lebih untuk iPhone dibanding merek smartphone lain dengan spesifikasi serupa? Itu karena brand positioning Apple yang sudah kuat sebagai merek premium dengan inovasi terbaik.
Di Indonesia, kita juga bisa melihat contoh serupa. Gojek misalnya, dengan positioning sebagai “aplikasi super yang memudahkan hidup”, berhasil membuat orang melihatnya lebih dari sekadar ojek online biasa.
4. Memudahkan Strategi Pemasaran
Kalau brand positioning sudah jelas, strategi marketing jadi lebih terarah. Mulai dari pesan yang disampaikan, media yang digunakan, hingga gaya komunikasi, semuanya bisa disesuaikan dengan positioning yang sudah ditentukan.
Contoh:
- Brand dengan positioning “ramah lingkungan” bisa fokus pada kampanye sustainability.
- Brand dengan positioning “harga terjangkau” bisa gencar menawarkan diskon dan promosi.
- Brand dengan positioning “premium dan eksklusif” bisa menonjolkan kualitas dan prestise.
Dengan positioning yang kuat, semua aktivitas pemasaran akan terasa lebih kohesif dan tidak membingungkan audiens.
Cara Menerapkan Brand Positioning yang Efektif
Punya brand positioning yang jelas itu penting, tapi gimana cara membangunnya? Berikut langkah-langkah yang bisa kita terapkan:
1. Kenali Target Audiens
Siapa pelanggan ideal kita? Apa yang mereka butuhkan? Apa masalah utama yang bisa diselesaikan brand kita?
Mengetahui siapa audiens kita adalah langkah pertama dalam menentukan positioning. Tanpa ini, kita hanya akan menebak-nebak dan berisiko kehilangan fokus.
Contoh:
- Tokopedia menargetkan UMKM dan pembeli yang mencari produk beragam.
- Shopee menargetkan pembeli yang sensitif terhadap harga dan suka berburu promo.
- Erigo menargetkan anak muda yang ingin tampil stylish dengan fashion lokal berkualitas.
Tips: Gunakan data dari survei pelanggan, analitik media sosial, atau wawancara langsung untuk memahami target audiens dengan lebih baik.
2. Analisis Kompetitor
Coba lihat brand-brand lain di industri kita. Apa yang mereka lakukan? Bagaimana mereka memposisikan diri? Apa yang bisa kita lakukan lebih baik atau lebih unik?
Jangan hanya meniru kompetitor. Gunakan analisis ini untuk mencari celah yang belum dimanfaatkan dan menjadikannya keunggulan brand kita.
Pertanyaan yang bisa kita tanyakan:
- Apa kelebihan dan kekurangan kompetitor?
- Apa yang membuat pelanggan mereka loyal?
- Bagaimana kita bisa menawarkan sesuatu yang berbeda?
3. Tentukan Unique Selling Proposition (USP)
USP adalah faktor utama yang membedakan brand kita dari kompetitor. Ini bisa berupa keunikan produk, layanan, harga, kualitas, atau bahkan pengalaman pelanggan.
Contoh USP brand Indonesia:
- Gojek → Super app pertama di Indonesia yang menggabungkan transportasi, pembayaran, dan layanan sehari-hari dalam satu aplikasi.
- Sociolla → E-commerce kecantikan yang menawarkan produk original dengan ekosistem omnichannel.
- Janji Jiwa → Brand kopi lokal dengan konsep grab-and-go yang terjangkau dan kekinian.
4. Buat Brand Messaging yang Konsisten
Brand positioning harus tercermin dalam komunikasi kita. Mulai dari slogan, tagline, hingga gaya berbicara di media sosial, semuanya harus selaras.
Contoh brand messaging yang kuat:
- BCA – “Senantiasa di Sisi Anda” → Menunjukkan keandalan sebagai bank terpercaya.
- Grab – “Pasti Ada Jalan” → Menggambarkan kemudahan dalam setiap perjalanan.
- Wardah – “Halal dari Awal” → Memperkuat citra sebagai brand kosmetik halal.
Tips: Pastikan tone komunikasi sesuai dengan audiens. Jika targetnya anak muda, gunakan bahasa yang lebih santai. Jika menyasar profesional, gunakan gaya yang lebih formal dan kredibel.
5. Gunakan Saluran yang Tepat
Setiap brand punya audiens yang berbeda, jadi saluran komunikasinya juga harus tepat.
- Brand dengan target anak muda → Fokus ke Instagram, TikTok, dan YouTube.
- Brand dengan target profesional → Lebih cocok di LinkedIn dan website resmi.
- Brand yang mengandalkan transaksi langsung → Harus aktif di marketplace atau memiliki aplikasi sendiri.
Contoh strategi sukses:
- Shopee gencar di TikTok dan Instagram dengan campaign kreatif dan influencer marketing.
- Tokopedia menguatkan branding lewat iklan edukatif dan kerja sama dengan kreator lokal.
- MS Glow sukses di Instagram dengan strategi endorsement dari selebriti dan influencer.
6. Evaluasi dan Adaptasi
Brand positioning bukan sesuatu yang statis. Seiring waktu, tren berubah, kompetitor bergerak, dan preferensi pelanggan bergeser. Itu sebabnya evaluasi berkala itu penting.
Cara mengevaluasi positioning brand:
- Gunakan survei pelanggan untuk mengetahui bagaimana mereka melihat brand kita.
- Pantau media sosial dan ulasan untuk memahami persepsi publik.
- Lakukan A/B testing dalam kampanye pemasaran untuk melihat mana yang lebih efektif.
Kesimpulan
Di dunia bisnis yang kompetitif, brand positioning bukan lagi pilihan—tapi keharusan. Tanpa positioning yang jelas, brand kita bisa kehilangan arah dan sulit bersaing.
Dari yang sudah kita bahas, ada beberapa poin penting yang perlu diingat:
- Brand positioning adalah tentang bagaimana brand ingin dikenal di benak konsumennya.
- Positioning yang kuat bisa meningkatkan daya saing, loyalitas pelanggan, dan persepsi nilai produk.
- Untuk menerapkan positioning yang efektif, kita harus memahami audiens, menganalisis kompetitor, menentukan USP, menjaga konsistensi brand messaging, menggunakan saluran yang tepat, serta terus mengevaluasi dan beradaptasi.
Sekarang, pertanyaannya: Apakah brand kalian sudah memiliki positioning yang jelas? Jika belum, ini saat yang tepat untuk mulai membangunnya!