Teman-teman marketer, siapa sih yang nggak mau jualan laris manis tiap bulan? Apalagi sekarang dunia udah serba digital—semua orang pegang HP, scroll social media, buka Google, dan belanja online. Tapi faktanya, banyak banget bisnis yang udah “go online” tapi tetap struggling buat dapetin penjualan yang stabil, apalagi yang naik konsisten.
Kita sering mikir: “Yang penting udah punya akun Instagram, udah bikin website, udah ngiklan di Meta.” Tapi kok penjualan masih segitu-segitu aja, ya?
Nah, di sinilah banyak marketer (termasuk kita semua) perlu recalibrate cara mikir soal digital marketing. Karena strategi digital marketing itu bukan cuma soal hadir di internet, tapi soal bagaimana kita nyampein value ke orang yang tepat, dengan cara yang relevan, dan bikin mereka akhirnya beli.
Di artikel ini, kita bakal bahas tuntas strategi digital marketing yang emang fokus buat boosting sales. Mulai dari SEO, content marketing, paid ads, email, sampai automation—plus cara ukur performanya biar bisa di-scale-up. Nggak teori doang, tapi praktikal dan bisa langsung dieksekusi.
Siap? Yuk kita gali satu per satu strategi yang bisa bantu bisnis kita naik level
Daftar Isi
Mindset Dasar: Marketing = Solusi + Distribusi
Sebelum kita masuk ke teknis strategi, coba deh kita reframe dulu cara pandang soal marketing. Banyak marketer (dan pebisnis juga) yang fokusnya langsung ke tools dan channel: “Harus ngiklan di Google!”, “Bikin konten viral di TikTok!”, “Bangun followers di IG!”
Padahal, marketing itu dasarnya simpel: menyediakan solusi, lalu mendistribusikannya ke orang yang tepat.
Yes, sesederhana itu. Tapi praktiknya? Lumayan kompleks, bro 😄
Kita nggak bisa asal ngejual produk tanpa tahu siapa yang butuh, kenapa mereka butuh, dan apa yang bikin mereka percaya sama kita. Di sinilah peran digital marketing yang sebenarnya: ngasih value, membangun trust, dan mengarahkan orang buat ambil aksi.
Kenalan Dulu Sama Funnel
Coba bayangin funnel digital marketing sebagai jalur tempuh calon customer:
- Awareness → Mereka tahu keberadaan brand/produk kita
- Consideration → Mulai tertarik, cari tahu lebih dalam
- Conversion → Siap beli dan akhirnya jadi customer
Masalahnya? Banyak yang langsung ngincer tahap ke-3 alias “CONVERT SEKARANG JUGA!”
Padahal, orang beli itu karena percaya, bukan cuma karena lihat harga diskon.
Jadi, sebelum kita mikir channel mana yang paling oke, kita harus paham dulu di mana posisi audiens kita dalam funnel. Karena beda tahap, beda pendekatan. Dan kalau kita bisa bantu mereka naik level dari satu tahap ke tahap berikutnya, di situlah strategi digital marketing kita mulai menghasilkan penjualan.
Strategi Utama Digital Marketing yang Terbukti Ngasih Impact
1. SEO: Bikin Bisnismu Ketemu Saat Orang Lagi Cari
Pernah nggak kepikiran bahwa orang yang ngetik “jasa digital marketing Jakarta” atau “beli sepatu sneakers original” itu sebenernya lagi dalam mode siap beli?
Nah, di sinilah SEO punya peran penting. Strategi ini bikin website atau content kita muncul di hasil pencarian Google tepat saat audiens lagi butuh solusi.
Apa yang bisa kita lakukan?
- Riset keyword yang punya buyer intent, bukan cuma keyword dengan volume tinggi.
- Optimasi on-page (judul, struktur konten, internal link, dll.)
- Bangun backlink berkualitas buat naikin otoritas domain
- Local SEO kalau kita main di pasar lokal (Google Business Profile, review, dsb.)
SEO itu emang bukan strategi yang hasilnya instan. Tapi kalau udah mulai jalan, dia bisa jadi sumber traffic dan penjualan yang stabil banget dalam jangka panjang.
2. Content Marketing: Edukasi Dulu, Baru Closing
Kita nggak bisa jualan ke orang yang belum ngerti kenapa mereka butuh produk kita. Di sinilah peran content marketing: ngasih value duluan, baru ajak beli.
Misalnya, lo jualan software CRM buat UKM. Daripada langsung bilang “Beli CRM kami sekarang juga!”, lebih powerful kalau kita bikin konten kayak:
- “Kenapa Banyak UKM Gagal Nurture Leads?”
- “Cara Meningkatkan Retensi Customer dengan CRM”
- Atau e-book gratis “Panduan CRM untuk Pemula”
Lalu, content ini bisa dikombinasikan sama lead magnet, email nurturing, dan ujungnya… ya, penjualan.
Content marketing juga bisa bentuknya:
- Blog post SEO-friendly
- Video YouTube
- Podcast
- Carousel di Instagram
- Webinar edukatif
Yang penting: fokus pada masalah audiens, bukan jualan produk.
3. Email Marketing: Channel “Receh” Tapi Nendang
Banyak yang ngeremehin email marketing. Padahal ini salah satu channel paling convertible kalau dimanfaatin dengan tepat.
Kenapa? Karena email itu personal. Langsung masuk ke inbox, dan kalau pesannya relevan, bisa bikin orang klik (dan beli!).
Tips:
- Segmentasi list berdasarkan interest, behavior, atau tahapan funnel
- Jangan cuma blast promo, tapi juga kasih konten edukatif, tips, insight
- Gunakan automation buat follow-up: welcome series, abandoned cart, upsell
Ingat: kita bukan ngejar open rate, tapi ngasih pengalaman yang bikin orang mau klik dan ambil aksi.
4. Paid Ads: Gaspol Tapi Terukur
Kalau lo butuh hasil cepat, paid ads bisa jadi jalannya. Tapi bukan asal boost post, ya 😅
Strategi iklan digital harus dirancang dengan jelas:
- Target audience → siapa yang kita tuju?
- Creative & copy → apakah pesannya resonate?
- Funnel iklan → cold audience vs retargeting vs konversi
Contoh:
- Cold traffic → kasih video edukatif
- Warm audience → kasih testimonial atau demo
- Hot lead → langsung dikasih promo atau CTA beli
Dan jangan lupakan: landing page matters. Jangan sampai iklannya keren, tapi page-nya nggak meyakinkan atau loading-nya lelet.
5. Social Media Strategy: Bukan Cuma Post Doang
Social media bukan etalase digital. Tapi tempat buat bangun hubungan dan interaksi real-time.
Agar strategi social media lo ngasih impact ke penjualan:
- Pahami konten mix: edukasi, entertain, testimoni, behind-the-scenes, soft sell
- Bangun komunitas, bukan sekadar follower
- Manfaatkan fitur interaktif: polling, Q&A, live session
Dan yang paling penting: respon cepat + human touch. Karena orang beli ke brand yang mereka suka & percaya.
6. Marketing Automation: Efisiensi yang Menghasilkan
Kalau semua dijalanin manual, bisa burnout. Di sinilah automation bantu kita kerja lebih cerdas, bukan lebih keras.
Contoh implementasi:
- Autoresponder buat leads baru
- Chatbot buat jawab pertanyaan umum
- Lead scoring buat tahu siapa yang paling siap beli
- Workflow email buat nurturing otomatis
Tools kayak HubSpot, ActiveCampaign, Mailchimp, bahkan WhatsApp Business API bisa bantu proses ini jadi seamless.
Data is King: Jangan Asal Jalan, Harus Diukur

Strategi udah keren, konten udah jalan, ads udah lari… tapi kok masih nggak jelas mana yang benar-benar ngasih impact?
Nah, di sinilah pentingnya data dan analitik. Tanpa itu, semua yang kita lakuin cuma asumsi.
Kenapa Perlu Data?
Karena kita butuh fakta, bukan perasaan.
Kadang kita ngerasa campaign kita “kayaknya bagus”, tapi pas dicek datanya… ternyata audience nggak engage, CTR jeblok, atau bounce rate tinggi.
Dengan data, kita bisa:
- Lihat mana channel yang paling menghasilkan
- Evaluasi konten atau iklan mana yang paling convert
- Optimasi funnel berdasarkan insight real-time
- Hindari buang budget buat strategi yang nggak works
Tools yang Bisa Dipakai
- Google Analytics 4 → lacak traffic, behavior, conversion
- Meta Ads Manager → lacak CTR, cost per result, ROAS
- Hotjar / Microsoft Clarity → lacak heatmap, click pattern, user session
- CRM Tools (HubSpot, Zoho, dll.) → pantau journey dan engagement leads
Metode Dasar yang Perlu Kita Pantau:
- CTR (Click Through Rate) → seberapa menarik iklan/konten kita
- Conversion Rate → dari 100 orang, berapa yang beneran beli?
- CAC (Customer Acquisition Cost) → berapa biaya rata-rata dapat satu customer?
- LTV (Lifetime Value) → berapa nilai customer selama mereka stay?
- ROI (Return on Investment) → profit vs biaya campaign
Tracking ini nggak harus langsung kompleks. Yang penting, ada sistem untuk ngukur, ada waktu rutin untuk evaluasi, dan ada keputusan berbasis data setiap bulan.
Baru deh kita bisa tahu strategi mana yang perlu di-scale, mana yang harus di-cut off.
Kesalahan Umum yang Sering Dilakuin Marketer
Mau strategi lo secanggih apapun, kalau eksekusinya salah arah… ya hasilnya tetap nggak maksimal. Nah, berikut beberapa kesalahan klasik yang masih sering kita lihat, bahkan dilakukan sama brand gede sekalipun:
1. Fokus ke Vanity Metrics, Bukan Bisnis Metrics
Like, view, follower naik terus… tapi penjualan gitu-gitu aja?
Ini sering kejadian. Banyak yang keburu puas lihat engagement tinggi, padahal nggak ada impact nyata ke revenue.
Solusinya? Ubah fokus ke metrik yang relevan: leads, conversion rate, CAC, LTV, ROI.
2. Nggak Ngerti Customer Journey
Langsung lempar promo ke audience yang baru kenal brand kemarin sore?
Ya wajar kalau konversinya rendah 😅
Banyak campaign gagal karena nggak memperhatikan tahapan audiens dalam funnel. Cold traffic perlu edukasi dulu, bukan hard selling.
Ingat: pendekatan ke “orang baru” sama “orang yang udah suka” itu beda!
3. Terlalu Banyak Channel, Nggak Ada yang Fokus
Punya semua akun: Instagram, TikTok, LinkedIn, YouTube, email… tapi semuanya setengah-setengah.
Ini kayak ngurus 5 ladang sekaligus, tapi nggak ada yang panen.
Lebih baik pilih 2–3 channel yang cocok dengan audiens lo, dan all-in di sana. Baru setelah perform, bisa scale ke channel lain.
4. Kontennya Jualan Terus, Nggak Ada Value
Kalau setiap postingan isinya “Diskon 50%!”, “Order sekarang!”, “Buruan beli!”, ya… lama-lama orang bosan dan unfollow.
Content marketing itu bukan soal push product, tapi pull interest.
Value dulu, jualan belakangan.
5. Nggak Konsisten + Gampang Nyerah
Ini salah satu pembunuh utama. Banyak strategi belum sempat kelihatan hasilnya, eh udah diubah total. Atau berhenti karena “nggak langsung dapet ROI”.
Digital marketing itu maraton, bukan sprint. Butuh waktu buat build audience, test, dan optimize. Tapi hasilnya bisa jadi game changer kalau kita sabar & konsisten.
Nah, kalau udah tahu kesalahannya, harapannya kita bisa lebih mindful dalam eksekusi. Ingat: bukan strategi yang salah, tapi cara kita ngejalaninnya.
Penutup: Ayo Action, Jangan Cuma Wacana
Teman-teman marketer, setelah bahas panjang lebar soal strategi digital marketing yang bisa ningkatin penjualan, satu hal yang paling penting adalah: eksekusi.
Banyak dari kita yang udah tahu teorinya, udah ikut webinar sana-sini, baca artikel, bahkan nonton course. Tapi… belum ngapa-ngapain.
Nah, mulai sekarang, ubah mindset dari planning mode ke action mode.
Mulai dari satu strategi dulu yang paling relevan buat bisnis kalian:
- Mungkin SEO kalau targetnya long-term
- Mungkin ads kalau butuh penjualan cepat
- Mungkin content kalau fokus bangun trust
Uji, ukur, revisi, dan ulangi. Digital marketing bukan satu kali setup, tapi proses yang terus berkembang.